Sabtu, 04 Februari 2012

Sahabatku bintang



Bintang..
Bila sinarmu terang malam ini
Katakan satu hal padaku tentangnya
Tentang ia,
Si bintang Sahabatku
Karena saat ini mungkin kau tau keberadaannya
Sedang aku hanya mampu berkhayal
Dengan beribu bayang saja tentangnya

Bintang..
Kurasa ia tak lagi dekat
Mungkin kini ia tlah temukan tempat yang baru
Yang lebih indah dari tempatku
Dari bersamaku

Meski begitu..
Ia tetap bintang dihatiku
Meski mungkin aku tlah terlupakan
Aku tlah tiada lagi di benaknya
Aku tak berharap lebih
Andai ia slalu terjaga dan bahagia dihidupnya

Wahai langit..
Kau temanku kini
Jadilah saksi kegalauanku
Jadilah sahabat yang tak kan pernah berubah
Seperti bintang
Yang cahayanya masih dan akan selalu disini dihatiku.
Meski wujudnya kini tlah lenyap sekalipun

Sahabat
kau bintang dihatiku
Dan akan selamanya begitu

Selasa, 10 Januari 2012

Ujian Sebanding Kualitas Iman


Siapakah yang akan mendapatkan ujian terberat ...
Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.[1]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
وَاِذَا عَظُمَت المِحْنَةُ كَانَ ذَلِكَ لِلْمُؤْمِنِ الصَّالِحِ سَبَبًا لِعُلُوِّ الدَرَجَةِ وَعَظِيْمِ الاَجْرِ
“Cobaan yang semakin berat akan senantiasa menimpa seorang mukmin yang sholih untuk meninggikan derajatnya dan agar ia semakin mendapatkan ganjaran yang besar.”[2]
Syaikhul Islam juga mengatakan,
واللهُ تَعَالَى قَدْ جَعَلَ أَكْمَلَ المُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَعْظَمُهُمْ بَلاَءً
“Allah akan memberikan cobaan terberat bagi setiap orang mukmin yang sempurna imannya.”[3]
Al Munawi mengatakan, “Jika seorang mukmin diberi cobaan maka itu sesuai dengan ketaatan, keikhlasan, dan keimanan dalam hatinya.”[4]
Al Munawi mengatakan pula, “Barangsiapa yang menyangka bahwa apabila seorang hamba ditimpa ujian yang berat, itu adalah suatu kehinaan; maka sungguh akalnya telah hilang dan hatinya telah buta. Betapa banyak orang sholih (ulama besar) yang mendapatkan berbagai ujian yang menyulitkan. Tidakkah kita melihat mengenai kisah disembelihnya Nabi Allah Yahya bin Zakariya, terbunuhnya tiga Khulafa’ur Rosyidin, terbunuhnya Al Husain, Ibnu Zubair dan Ibnu Jabir. Begitu juga tidakkah kita perhatikan kisah Abu Hanifah yang dipenjara sehingga mati di dalam buih, Imam Malik yang dibuat telanjang kemudian dicambuk dan tangannya ditarik sehingga lepaslah bahunya, begitu juga kisah Imam Ahmad yang disiksa hingga pingsan dan kulitnya disayat dalam keadaan hidup. … Dan masih banyak kisah lainnya.[5]
Semakin kuat iman, semakin berat cobaan, namun semakin Allah cinta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
Sesungguhnya balasan terbesar dari ujian yang berat. Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridho, maka Allah pun ridho. Dan barangsiapa murka (tidak suka pada cobaan tersebut, pen), maka baginya murka Allah.”[6]
Kewajiban kita adalah bersabar dan bersabar. Ganjaran bersabar sangat luar biasa. Ingatlah janji Allah,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10). Al Auza’i mengatakan bahwa  ganjarannya tidak bisa ditakar dan ditimbang. Ibnu Juraij mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar pahala bagi mereka tidak bisa dihitung sama sekali, akan tetapi akan diberi tambahan dari itu. Maksudnya, pahala mereka tak terhingga. Sedangkan As Sudi mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar adalah surga.[7]
Makna asal dari sabar adalah “menahan”. Secara syar’i, pengertian sabar sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim,
فَالصَّبْرُ حَبْسُ النَّفْسِ عَنِ الجَزْعِ وَاللَِّسَانِ عَنِ التَّشَكِّي، وَالجَوَارِحِ عَنْ لَطْمِ الخُدُوْد وَشَقِّ الثِيَابِ وَنَحْوِهِمَا
Sabar adalah menahan diri dari menggerutu, menahan lisan dari mengeluh, dan menahan anggota badan dari menampar pipi, merobek-robek baju dan perbuatan tidak sabar selain keduanya.[8] Jadi, sabar meliputi menahan hati, lisan dan anggota badan.
Semoga Allah memberi taufik dan kekuatan kepada kita dalam menghadapi setiap ujian.
Faedah Ilmu, Pangukan-Sleman, 6 Dzulqo’dah 1430 H

Muhammad Abduh Tuasikal
Sumber Artikel http://rumaysho.com

Selasa, 03 Januari 2012

Mencintai Manusia Sama Dengan Mencintai Tuhan


KISAH SUFI ABU BIN ‘AZHIM

Diriwayatkan bahwa seorang sufi besar, Abu bin Azhim, suatu waktu terbangun di tengah malam. Kamarnya bermandikan cahaya. Di tengah tengah cahaya itu ia melihat sesosok makhluk, seorang malaikat yang sedang memegang sebuah buku. Abu bin Azhim bertanya: “Apa yang sedang anda kerjakan?” “Aku sedang mencatat daftar pecinta Tuhan”, jawab sang malaikat.

Abu bin Azhim ingin sekali namanya tercantum sebagai salah seorang pencinta Tuhan di dalam daftar tersebut. Dengan cemas ia mencoba melongok ke daftar itu, tapi kemudian ia sangat terpukul dan kecewa, karena ternyata namanya tidak tercantum di daftar tersebut.

Ia pun bergumam: “Mungkin aku terlalu kotor untuk menjadi pecinta Tuhan, tapi sejak malam ini aku ingin menjadi pecinta manusia”. Beberapa hari kemudian ia terbangun lagi di tengah malam. Kamarnya dipenuhi cahaya terang benderang, malaikat yang bercahaya itu hadir lagi.

Abu bin Azhim kembali mencoba melihat daftar para pencinta Tuhan, dan ia pun sangat terkejut, karena namanya tercantum pada papan atas daftar pecinta Tuhan. Ia pun bertanya kepada sang malaikat sambil terheran-heran, “Aku ini bukan pecinta Tuhan, aku hanyalah pecinta manusia, bagaimana mungkin namaku tercantum sebagai salah seorang pencinta Tuhan?”. Sang malaikat pun menjawab, “Baru saja Tuhan berfirman kepadaku bahwa engkau tidak akan pernah bisa mencintai Tuhan sebelum kamu mencintai sesama manusia” 82]

untukku yang berlumuran dosa


Wahai diri...

jika engkau merasa bersih
bercerminlah pada hatimu maka kau pun tahu seberapa bersih dirimu

jika engkau merasa hebat
periksalah hatimu mungkin saja telah d tumbuhi benih riya’ di dalamnya

bila kau pun merasa sempurna
Tengoklah amalanmu dan kau pun tahu seberapa sempurna kah dirimu

Berbenahlah diriku..
Hal tersulit dalam hidupmu adalah memperbaiki niatan itu..
Untuk siapa sesungguhnya ???
Sudahkah untukNya semata ???

Ya Robbi
Bimbing hati ini
Agar ia tak salah dalam meniatkan
Yang bahkan diri ini tak mengerti sudahkah benar apa yg hatinya katakan

Dan hanya Engkaulah ya Allah.. yg Maha tahu segalanya yg tersembunyi di hatiku

Senin, 02 Januari 2012

Sabar Andai Hidup Tak Seindah Mimpi



Ada kalanya manusia di uji
Untuk menilai kuatnya iman dalam diri
pahit hidup yg tengah di hadapi
sakit yg teramat dirasakan hati
kecewa,luka,hampa
lengkap sudah tiada mampu di ungkap dgn kata-kata
ingin berlari tapi tak tahu kemana harus pergi
ingin menghilang namun sadar tak punyai sayap untuk terbang

ada kalanya manusia berada pada titik jenuh
merasa jiwanya rapuh
hingga yg ada hanya keluh dan mengeluh
serasa dunia tengah menertawakan dirinya
namun sadarkah di balik itu semua
rupanya Allah hendak memberikan sesuatu yg indah untuk kita

bagaimana mungkin indahnya pelangi dapat kita lihat tanpa adanya mendung serta hujan

di tengah itu semua
pernahkah kita menengok hati dan iman kita ?
tengah lemah atau kuatkah ia??
sadarkah bahwa Allah sedang mendekati kita
Memberikan cintaNya untuk kita??
Akankah kita menyambut cintaNya
Atau justru menjauhiNya

manusia..
memanglah makhluk yg mustahil tanpa dosa
namun sebaik-baik manusia adalah ia yg slalu memperbarui taubatnya
bersyukur akan karuniaNya
dan bersabar tehadap dugaanNya

seperti apapun kondisi kita
securam apapun perjalanan hidup ini
sertakan selalu iman dalam hati
karena dengannya insyaAllah kita dapat slalu istiqomah dan
semangat jalani hari biarpun cobaan datang silih berganti


semngaaaaaaaaat...\^0^/

Sudahkah Hatiku Ikhlas ?



Ya Allah sudahkah hatiku ikhlas ?
aku terlalu sering mengeluh.. berharap kemudahan setelah kesulitan itu segera kutemui,sedang ku sadar yang ku perbuat belum seberapa.

Ya Allah sudahkah hatiku ini ikhlas ?
Benarkah yang Mulutku katakan aku manusia yang kuat, sedang yang kulihat diri ini rapuh tiap kali ujianMu datang menghampiri

Ya Allah sudahkah hatiku ikhlas ?
Ku percaya setiap yang datang pasti akan pergi, setiap yang ada pasti akan hilang, setiap yang hidup pasti akan mati,, tapi mengapa aku selalu tak rela saat Engkau mengambil orang-orang yang aku kasihi,,

Ya Allah sudahkah hatiku ini ikhlas ?
yang kuberikan pada sesama semata-mata hanya karena aku ingin berbagi agar bisa saling nasehat menasehati ,, tapi mengapa hati ni sakit saat tak semua orang menerima baik apa yang kulakukan..

Ya Allah sudahkah hatiku ikhlas ?
Ku selalu berusaha menjadi kawan yang baik untuk sahabat-sahabatku, tapi entah mengapa aku bersedih saat perlakuanku tak terbalas..

Ya Allah sudahkah hatiku ini ikhlas ?
Saat cinta datang , ku yakinkan hatiku bahwa cintaku padanya hanya karenaMu, namun mengapa hati ni perih saat Engkau tak mentakdirkannya untukku..

Ya Allah benarkah aku tak ikhlas ?
Bagaimana bisa aku menjadi seorang mujahidah, sedang keikhlasan belum sepenuhnya bisa kulakukan,
Bagaimana bisa aku menjadi muslimah yang tangguh, sedang ego dan nafsu masih menguasaiku
Bagaimana aku bisa menjadi ahli syurga, sedang amalku tak sebanding dengan dosa-dosaku yang begitu banyak dan menumpuk

Ya Allah
Tuntun hamba Agar senantiasa langkah ini menuju jalan terang cahayaMu
Bantu hamba menemukan keikhlasan itu ya Allah
Ikhlas yang tak hanya terucap di bibir saja
Melainkan ia tumbuh dari hati dengan sendirinya

Sabtu, 31 Desember 2011

Ketika aku lelah dengan dunia


Dunia..
Benarlah yang dikatakan orang bahwa dunia adalah panggung sandiwara. Dalam dunia ku, akulah pemainnya, betapapun akan ku mainkan dan ku meriahkan seperti apa panggung ini tetap saja ia hanya tempat bersandiwara. Hari ini di tempat aku menyendiri, meluapkan segala emosi dan mencurahkan segenap isi hati melalui tombol-tombol keyboard ini. Sekali lagi hati menjerit, tak seorangpun mampu mengerti. Cukuplah Engkau ya Robb Yang Maha Tahu apapun yang tersemunyi dihatiku.

Aku lelah dengan duniaku
Mungkinkah aku sedang berputus asa, ataukah aku hanya sekedar mengeluh saja. ?? yang jelas aku sadar itu bukan hal yang baik, namun jika aku boleh mengatakan satu hal ya Robb aku ingin kembali padaMu saja. Aku ingin bersamaMu saja. Walau ku tahu aku harus bertahan dengan satu keyakinan ini wujud kasih sayangMu padaku.walau ku tahu sabar dan ikhlas adalah kunci kekuatan untuk dapat menujuMu

Biar dunia tak henti menertawakanku
Ku rasa aku tak harus mempedulikannya.karena ku yakin Kau akan selalu mengerti dan mendengarkan keluh kesahku dan menjadikanku dapat selalu tersenyum pada dunia yang mungkin masih menertawakanku.

Sungguh Jauh di lubuk hatiku yang paling dalam aku tak menginginkan sifat buruk sering mengeluh dan kawan-kawannya bersemayam dalam diri ini. Hanya mampu bangkit dengan segala kekuatan untuk melawannya, dengan satu keyakinan bahwa Engkau akan membantuku membuangnya dari dalam diriku. Karena memang Engkaulah ya Allah ya Robb Yang Maha Tahu segala niat dan usaha hamba-hambaMu.

Allah.. ya Robbi...
Andai saja Engkau tak bersamaku
Bagaimana bisa aku melalui hidup yang sungguh hanya ujian ini
Bila saja kembali padaMu adalah yang terbaik untukku
Sungguh ibadahku belumlah cukup untuk bekal menujuMu
Satu pintaku ya Robb
Jadikanlah aku manusia yang senantiasa ikhlas dan berkesabaran tanpa batas..
Untukku bertahan dalam dunia yang sungguh adalah penjara ini..

Aamiin

Kebiasaan Tidur Pagi Ternyata Berbahaya

Kita telah ketahui bersama bahwa waktu pagi adalah waktu yang penuh berkah dan di antara waktu yang kita diperintahkan untuk memanfaatkannya. Akan tetapi, pada kenyataannya kita banyak melihat orang-orang melalaikan waktu yang mulia ini. Waktu yang seharusnya dipergunakan untuk bekerja, melakukan ketaatan dan beribadah, ternyata dipergunakaan untuk tidur dan bermalas-malasan.
Saudaraku, ingatlah bahwa orang-orang sholih terdahulu sangat membenci tidur pagi. Kita dapat melihat ini dari penuturan Ibnul Qayyim ketika menjelaskan masalah banyak tidur yaitu bahwa banyak tidur dapat mematikan hati dan membuat badan merasa malas serta membuang-buang waktu. Beliau rahimahullah mengatakan,
“Banyak tidur dapat mengakibatkan lalai dan malas-malasan. Banyak tidur ada yang termasuk dilarang dan ada pula yang dapat menimbulkan bahaya bagi badan.
Waktu tidur yang paling bermanfaat yaitu :
[1] tidur ketika sangat butuh,
[2] tidur di awal malam –ini lebih manfaat daripada tidur di akhir malam-,
[3] tidur di pertengahan siang –ini lebih bermanfaat daripada tidur di waktu pagi dan sore-. Apalagi di waktu pagi dan sore sangat sedikit sekali manfaatnya bahkan lebih banyak bahaya yang ditimbulkan, lebih-lebih lagi tidur di waktu ‘Ashar dan awal pagi kecuali jika memang tidak tidur semalaman.
Menurut para salaf, tidur yang terlarang adalah tidur ketika selesai shalat shubuh hingga matahari terbit. Karena pada waktu tersebut adalah waktu untuk menuai ghonimah (pahala yang berlimpah). Mengisi waktu tersebut adalah keutamaan yang sangat besar, menurut orang-orang sholih. Sehingga apabila mereka melakukan perjalanan semalam suntuk, mereka tidak mau tidur di waktu tersebut hingga terbit matahari. Mereka melakukan demikian karena waktu pagi adalah waktu terbukanya pintu rizki dan datangnya barokah (banyak kebaikan).” (Madarijus Salikin, 1/459, Maktabah Syamilah)
BAHAYA TIDUR PAGI [1]
[Pertama] Tidak sesuai dengan petunjuk Al Qur'an dan As Sunnah.
[Kedua] Bukan termasuk akhlak dan kebiasaan para salafush sholih (generasi terbaik umat ini), bahkan merupakan perbuatan yang dibenci.
[Ketiga] Tidak mendapatkan barokah di dalam waktu dan amalannya.
[Keempat] Menyebabkan malas dan tidak bersemangat di sisa harinya.
Maksud dari hal ini dapat dilihat dari perkataan Ibnul Qayyim. Beliau rahimahullah berkata, "Pagi hari bagi seseorang itu seperti waktu muda dan akhir harinya seperti waktu tuanya." (Miftah Daris Sa'adah, 2/216). Amalan seseorang di waktu muda berpengaruh terhadap amalannya di waktu tua. Jadi jika seseorang di awal pagi sudah malas-malasan dengan sering tidur, maka di sore harinya dia juga akan malas-malasan pula.
[Kelima] Menghambat datangnya rizki.
Ibnul Qayyim berkata, "Empat hal yang menghambat datangnya rizki adalah [1] tidur di waktu pagi, [2] sedikit sholat, [3] malas-malasan dan [4] berkhianat." (Zaadul Ma’ad, 4/378)
[Keenam] Menyebabkan berbagai penyakit badan, di antaranya adalah melemahkan syahwat. (Zaadul Ma’ad, 4/222)

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.rumaysho.com
 
Lailiya's Blog | Template Sweet Uniqx Transparent © 2011 Free Template Utta. Designer by Utta' Melanickz. Look Template Uniqx Opacity Transparent and Uniqx Transparent